Taqlid menurut bahasa berasal dari kata qallada yuqallidu taqlidan artinya mengikat atau mengikut. Sedangkan taqlid menurut istilah yaitu mengikuti atau mengamalkan pendapat imam Mujtahid tanpa mengetahui dalil-dalilnya. taqlid itu merupakan sunnatullah (hukum alam) yang tidak bisa dipungkiri keadaanya
Pengertian taqlid menurut beberapa ahli :
a. Imam al-Gazali, ia mendefinisikan taqlid sebagai, “Menerima ucapan tanpa hujjah
b. Al Isnawi, dalam kitabnya Nihayah al-Ushul, mendefinisikan taqlid sebagai, "Mengambil perkataan orang lain tanpa dalil"
c. Tajuddin al-Subki dalam kitabnya Jam'ul Jawami mendefinisikan taqlid sebagai, "Mengambil suatu perkataan tanpa mengetahui dalil
d. Al Mahali dalam kitabnya yang berjudul " Jam'ul al Jamawi menjelaskan bahwa menerima atau mengambil selain ucapan, baik dalam bentuk perbuatan atau pengakuan tidak disebut taqlid.
e. Ibnu al Humam, menurutnya taqlid adalah adalah beramal dengan pendapat sesorang yang pendapatnya itu bukan merupakan hujjah, tanpa mengetahui hujjahnya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Taqlid adalah menerima atau menjadikan pendapat orang lain sebagai rujukan untuk berbuat dan menjadikannya sebagai dasar berargumentasi yang mana pendapat tersebut belum tentu dijamin kebenarannya dengan tidak mengkaji lagi refernsi refernsi dari kebenaran pendapat tersebut.
Tingkatan Taqlid atau Muqallid Sebagaimana halnya ijtihad/mujtahid yang bertingkat-tingkat, demikian juga taqlid/muqallid yang terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: a. Taqlid secara total/murni (taqlid al-mahdli), seperti taqlid yang dilakukan oleh kebanyakan orang awam, dimana dalam keseluruhan hukum Islam, mereka mengikuti pendapat imam mujtahid.
b. Taqlid dalam bidang-bidang hukum tertentu saja, seperti yang dilakukan para ulama yang mampu berijtihad dalam bidang madzhab, bidang tarjih, dan bidang fatwa. Dengan demikian dilihat dari satu segi, mereka dianggap sebagai mujtahid, tetapi dilihat dari sisi lain, mereka termasuk muqallid.
c. Taqlid dalam hal kaidah-kaidah istinbath, seperti yang dilakukan oleh mujtahid muntasib.
0 Komentar
Berkomentarlah Dengan Bijak Tanpa Niat Menyakiti
"Laa Yaquulu Walaa Yaf'alu Illa Ma'rufaa"