Ratusan kalimat bahkan ribuan kalimat tidak akan pernah ada habisnya untuk menggambarkan sosok satu ini. Iya, mereka adalah orang tua.
Super Hero dan Super Power, mungkin itu salah satu julukan yang dapat kami sematkan untuk kedua belahan jiwa kami, yakni Bapak dan Ibu. Sosok yang tidak akan ada habisnya untuk kami tulis, walaupun dengan ribuan kalimat sekalipun.
Pada kesempatan kali ini kami akan bercerita sedikit tentang pahlawan keluarga kami.
Bulan ini adalah bulan istimewa, karena tepat di bulan ini adalah ulang tahun pernikahan beliau berdua yang ke 36 tahun. Tidak ada perayaan apapun, karena bagi beliau kebersamaan keluarga adalah lebih dari perayaan.
Tiga puluh enam tahun bukanlah usia singkat untuk sebuah perjalanan pernikahan dalam keluarga. Manis, asam, bahkan pahitnya kehidupan ini sudah beliau rasakan. Pendidikan, wawasan, pengalaman, dan prinsip hidup yang di ajarkan dan dibangun bapak ibu dalam keluarga selama ini adalah semat-mata untuk membentuk karakter kami. Walaupun sejatinya hidup adalah tentang proses belajar yang tak pernah berhenti. Bagi kami beliau berdua adalah seorang Guru yang sudah memberikan kami pelajaran tentang hidup. Bagaimana bertahan dalam keterbatasan. Berjuang dalam sempit dan tidak kenal dengan putus asa.
Beliau berdua mempunyai latar belakang pendidikan yang sederhana, Bapak adalah seorang lulusan Sekolah Dasar, dan ibu adalah seorang lulusan Sekolah Menengah Pertama, karena kakek nenek kami dulu bukan termasuk orang berada yang dapat menyekolahkan putra putrinya di sekolah yang tinggi. Kendati demikian, diluar latar belakang bapak dan ibu yang hanya lulusan SD dan SMP, beliau berdua mempunyai prinsip bahwa semua putra putrinya harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Itulah yang diajarkan pada keluarga kami, bahwa pendidikan adalah nomer satu. Termasuk bisa mengaji agama. Semua putra putri beliau di tempatkan di madrasah bahkan pondok pesantren demi mendapatkan pelajaran tentang agama yang kuat. Bagi orang tua kami pendidikan agama adalah fondasi utama dalam menjalani dan mengarungi kehidupan ini. Itu semua beliau lakukan karena keinginan beliau bahwa kelak putra putrinya bisa menjadi orang yang mengetahui tentang tujuan hidup yang hakiki. Bukan hanya dunia tetapi akhirat.
Saya adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Menghidupi kami, menyekolahkan dan mendidik kami bukanlah hal yang mudah, tapi bapak ibu tidak pernah merasa putus asa dalam hal itu. Tidak pernah sekalipun ada kata menyerah, walaupun kami tahu itu sangat berat bagi orang tua kami, karena kami hidup dalam keterbatasan ekonomi. Beliau berdua adalah sosok yang tidak pernah menuntut, beliau hanya memberi. Tanpa menuntut kami menjadi orang yang mempunyai nama besar.
Pernah suatu cerita ketika kami semua empat bersaudara masih bersekolah, untuk membeli sepeda bekas kakak kami seharga seratus ribu saja orang tua kami tidak mampu, karena pada waktu itu kebetulan kakak kami bersekolah dengan jarak tempuh yang lumayan. Dan transportasi ke sekolah menggunakan sepeda.
Dari sinilah beliau berdua mengajari kami tentang "prihatin". Bahwa untuk mencapai sesuatu harus dengan usaha keras dan "tirakat".
Cobaan demi cobaan silih berganti, dari mulai usaha yang hampir gulung tikar, cemooh-an orang lain, ibu yang sakit selama delapan belas tahun hingga adik kami yang sempat koma dua minggu hari karna sakit, yang disitu, semua biaya, mental terkuras habis. Tapi sekali lagi, semua itu tidak menyurutkan semangat orang tua kami dalam mendidik, menyekolahkan dan membiayai kami walaupun dalam keadaan sempit sekalipun. Beliau tetap berusaha bagaimanapun caranya. Alhamdulillah kakak kami dua-duanya telah menamatkan pendidikan strata satu dan pondok pesantren, termasuk saya dan yang terakhir adik kami yang masih mengenyam pendidikan di pondok.
Beliau mengajarkan banyak hal, termasuk kesabaran, ketulusan, keikhlasan, semangat dan kesederhanaan yang dilakukan dalam menjalani hidup ini. Beliau mengajarkan kami tentang bagaimana memaknai hidup dengan bersyukur.
Mungkin cerita kali ini belum semua bisa mewakilkan betapa hebatnya beliau berdua bagi kami. Tapi setidaknya kami bangga, dan bahkan sangat bangga dan bersyukur mempunyai orang tua seperti Bapak dan Ibu.
Selamat ulang tahun pernikahan Bapak Ibu, kami belum bisa membalas jasamu, bahkan tak akan pernah bisa, terimakasih atas kasih sayangmu, cintamu pada kami yang tidak akan lekang oleh waktu. Ucapan terima kasih mungkin tidak akan pernah cukup untuk segala jasa dan pengorbananmu. Semoga Gusti Allah selalu meridhoi langkah Panjenengan, doamu adalah ruh hidup kami, restu dan ridhomu adalah jalan kami, semoga engkau diberikan kemuliaan di dunia dan akhirat dan bisa membersamai kami hingga kelak, Amin
0 Komentar
Berkomentarlah Dengan Bijak Tanpa Niat Menyakiti
"Laa Yaquulu Walaa Yaf'alu Illa Ma'rufaa"