Burdah, Karya sastra yang menawan..
Kitab "Burdah" adalah karya sastra lisan Arab paling populer dalam khazanah sastra Islam yang diciptakan oleh Imam Al-Bushiry pada 13 abad yang silam. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibni Sa'id Abu Abdullah Syarifudin al-Busiry al-Sanhajy. Ia seorang penyair dan filosofi beraliran sufi. Karya sastra ini sangat dikenal dan dijadikan titik perhatian para pujangga, pengkaji dan pemerhati sastra dan para ulama dan digandrungi masyarakat awam. Perhatian mereka terpusat pada keindahan bahasanya, isi kandungannya, bahkan khasiatnya, karena anggapan mereka bahwa qasidah Burdah mengandung nilai-nilai sakral.
Dengan demikian, Burdah merupakan media ekspresi yang digunakan sebagai alat perekat bahasa dalam pergaulan. Syairnya dilantunkan terutama ungkapan keluhan pada Sang Khaliq, di samping itu menceritakan dan memuja nabi Muhammad SAW. Selain itu, isinya juga dapat digunakan sebagai nasihat, menghibur diri dan mengkukuhkan tali persaudaraan.
Karya ini berpotensi untuk melestarikan tradisi turun-temurun terhadap hal-hal yang dianggap bernilai. Sastra lisan Arab ini unik, sangat penting untuk digali mengingat redaksi teksnya dalam bentuk bahasa Arab dan menimbulkan objek pertanyaan terhadap masyarakat, mereka tidak memahami kandungan maknanya namun karya ini menjadi amalan yang dilestarikan di kalangan komunitas Muslim di wilayah Nusantara. Di dalam upaya menyingkap makna di balik makna yang bersarang pada pola pikir masyarakat dan menyingkap gagasan yang bersumber dari hasil penelitian, dimana kedudukan sastra atau linguistik memperlihatkan bahwa bahasa sebagai ilmu yang mandiri.
Namun di dalamnya ditemukan bahwa linguistik telah mempengaruhi banyak disiplin lain di dalam ilmu pengetahuan sosial, budaya dan filsafat sehingga gagasan ini sangat penting diformulasikan untuk menjawab dan menyingkap temuan penelitian yang tidak hanya difokuskan pada aspek teks bahasa Arab tetapi sejumlah konteks yang tercakup dalam ranah kultural, sosial dan metafisik. Ketiga unsur ini yang mendominasi pola pikir, kepercayaan dan tatanan sosial masyarakat yang dijadikan sumber penjabaran kearifan lokal.
0 Komentar
Berkomentarlah Dengan Bijak Tanpa Niat Menyakiti
"Laa Yaquulu Walaa Yaf'alu Illa Ma'rufaa"